Adapun penelusuran kami lakukan pada 12 Februari 2012 siang adalah ke daerah kampung Dadap, Cengkareng,
Tangerang tempat kediaman dari Mpek Lie Dji Tong, yang mana beliau adalah cucu
dari Mpek Lie Tjeng Hok. Dari Mpek Lie Tjeng Hok inilah konon jurus-jurus BEKSI
diturunkan kepada murid-muridnya hingga dapat tersebar dan berkembang sampai
saat ini, salah satu murid beliau yang terkenal adalah Ki Marhali (ada pula
yang menyebut Ki Murhali). Pertemuan kami dengan cucu beliau, Mpek Lie Dji Tong
tak lain hanya untuk diceritakan kembali seperti apakah sebenarnya awal
ceritanya silat BEKSI ini dan juga untuk mengklarifikasi beberapa ceria yang
saat ini beredar dan tertulis di dunia maya, seminggu kemudian kami kembali ke
Dadap tapi ke rumah lama Mpek Lie Dji Tong pada 19 Februari 2012, selain itu
beberapa minggu kemudian kami juga menemui anak Mpek Lie Dji Tong yang bernama
Haji Oki (nama asli Edi Wijaya, adapun anaknya yang lain dari istri pertama
selain Edi Wijaya adalah Suhanto dan Suhandi ) karena diundang beliau dan
dikarenakan ada hajat yang akan disampaikan kepada kami. H Oki inilah yg
membantu kami merevisi ejaan nama-nama Kakek dan ayahnya yang tepat. (Disini saya hanya sebagai guide bagi kawan-kawan dari tim
Tangtungan Project yang akan bertemu dengan Mpek Lie Dji Tong).
Kondisi Mpek Lie Dji Tong masih sama seperti ketika saya dan rombongan dari
Beksi Kong Nur datang di tahun 2009 tepatnya di bulan Oktober tanggal 4, masih
segar dan gagah walaupun usianya sudah 91 tahun dan selalu semangat bila diajak
ngobrol beksi. Setelah berbasa-basi beberapa saat mulailah proses interview
yang beberapa tuturannya kami rekam dan kami tulis, beliau menekankan bahwa apa
yang beliau ceritakan adalah sebagaimana yang beliau terima dari kakek dan
ayahnya tidak dikurangi atau dilebihkan. Banyak sekali istilah lama yang beliau
pergunakan sehingga agak sulit bagi saya mencerna tuturannya, hingga harus
beberapa kali bertanya apa artinya. Menurut Mpek Dji Tong, kakeknya Mpek Lie
Tjeng Hok meninggal pada umur 97 ditahun 1951 itu artinya beliau lahir ditahun
1854, Mpek Lie Tjeng Hok pada awalnya tidak memiliki main pukulan atau silat,
beliau belajar dari tetangganya Ki Jidan dan Ki Miah (kadang Mpek Dji Tong
menyebutnya Maimah) penduduk asli kampung Dadap saat masih bujang. Mpek Lie
Tjeng Hok ini beristrikan wanita pribumi dari daerah Srengseng bernama Mak Eno
(Enok?) dan beragama Islam (Mpek menyebutnya “Selam”). Ayah dari Mpek Lie Tjeng
Hok bernama Lie Ah Tjin, kakeknya bernama Lie Ah Djam berasal dari Tiongkok.
Tahun saat beliau belajar kepada Ki Jidan dan Ki Miah tidaklah diketahui.
Lalu Mpek Dji Tong mengisahkan awal Marhali muda belajar kepada Lie Tjeng
Hok adalah ketika suatu hari anak Lie Tjeng Hok yaitu Lie Tong San (Ayah dari
Lie Dji Te, Lie Dji Tong, Lie Do Ton dan Lie Sen Nio) akan berangkat ke sawah
dan selalu lewat depan rumah keluarga Marhali yang memang tidak terlalu jauh
letaknya dari rumah Lie Tjeng Hok, ayah Marhali ingin menjajal atau main sambut
dengan Lie Tong San dan kebetulan Lie Tong San pun tidak keberatan, dari hasil
bermain sambut tersebut ayah Marhali mengakui keunggulan Lie Tong San, dan
karena itu ia ingin anaknya yaitu si Marhali diajari silat mereka, kemudia oleh
Lie Tong San si Marhali muda ini diserahkan kepada ayahnya, Lie Tjeng Hok untuk
diajari beksi. Setiap malam kedua orangtua Marhali selalu mengantar anak
tunggalnya itu belajar kepada Lie Tjeng Hok (ini salah satu syarat keberhasilan
seseorang belajar silat yaitu ada ridho dan dukungan orangtua). Tidak disebutkan
kapan tahun terjadinya proses belajar ini, apakah hanya Ki Marhali sendiri atau
ada juga murid yang lain dari warga pribumi, tidak tertutur oleh Mpek Lie Dji
Tong.
Selain ki Marhali, ada lagi murid-murid Lie Tjeng Hok dari warga keturunan
Tionghoa (Mpek Le Dji Tong menyebut mereka “encek”), yang disebutkan ada 7
orang yaitu :
1.
Te
Tong Sie
2.
Lim
Ah Po
3.
Lim
Ah Liong
4.
Ong
Wa Wa
5.
Yo
Kil Yong
6.
Thio
Eng Lim
7.
Thio
Eng Kian
Mpek
Lie Dji Tong yang saat itu masih anak-anak berlatih sendirian saat mereka yang
lebih tua sudah selesai latihan dan pulang.
Lie
Tjeng Hok juga mengajarkan beksinya ke anak-anaknya yaitu :
1.
Lie Tong San
2.
Lie San Kui
3.
Lie Lu Nio (nona Lun?)
4.
Lie Mei Nio
Menurut
Abdul Malik ( guru besar BEKSI Kong Nur ), kong Nur pernah mengatakan bahwa si
nona Lun ini menguasai permainan toya. Sedangkan menurut Haji Oki, papanya Lie
Dji Tong lah yang piawai dalam pengobatan. Haji Oki belajar juga dari
paman-pamanya (Lie Do Ton dan Lie Dji Te) konon Lie Dji Te suka ngibing dengan
penca.
Sejarah BEKSI Muh. Noer
Lantas bagaimana Beksi bisa sampai tersebar hingga ke daerah Petukangan?
Tersebutlah ada seorang pemain rebana yang bernama Gozali (saat itu belum naik
Haji, ini diceritakan oleh alm. H. Gozali sekitar tahun 1945-an saat bertandang
ke rumah Mpek Lie Tjeng Hok yang juga kebetulan didengarkan oleh Mpek Lie Dji
Tong yang masih muda, saat
itu H. Gozali sedang buron entah karena apa (belakangan diketahui bahwa
para pendekar sekitar petukangan dan kebayoran bentrok dengan tentara Jepang di
stasiun kereta api kebayoran-ini informasi dari bang Malik yang berasal dari
Kong Noer), beliau melarikan diri ke daerah Batu Jaya, oleh
karena itu katanya didaerah itu ada beksi dari jalur beliau, selain bermain
rebana dia juga seorang pesilat (ada yang menulis saat belajar umur H. Gozali
24 tahun), suatu saat rombongan rebananya bermain di daerah Dadap, dia sudah
tau jika di daerah Dadap ada yang jago beksi, maka setelah selesai mentas dan
rombongannya pulang, dia tinggal sendiri tidak ikutan pulang, dia datang ke
tempat ki Marhali untuk menjajal beksi nya, singkat kata ketika besambut Gozali
tidak berhasil menjatuhkan ki Murhali melainkan dialah yang kalah, akhirnya dia
pulang untuk meminta uang kepada bapaknya Haji Gatong di Petukangan untuk
berguru kepada ki Marhali. Haji Gatong adalah orang berada, kudanya banyak,
tapi daripada harus jual kuda untuk membiayai Gozali belajar beksi akhirnya
diberinyalah uang. Setelah tamat dalam belajar pulanglah Gozali ke Petukangan,
saat itu ada orang yang sedang bongkar rumah, kebetulan disitu ada temannya
yang dahulu satu perguruan dan telah mengetahui bahwa Gozali belajar beksi di
Dadap, dia menjajal Gozali tetapi kalah (istilah Mpek Dji Tong keleh alias kalah) karena pukulan tidak
masuk-masuk ( Mpek Dji Tong menyebutnya “tidak dapat peta”). Dari sinilah terjadi perpindahan dari silat yang lama
dianut oleh teman-temannya ke silat Beksi, termasuk (menurut tuturan Abdul
Malik) kong Hasbulloh, kong Nur dan kong Simin, karena mereka bertiga pun tidak
berhasil menjatuhkan beliau.
Setelah beberapa lama mengajarkan beksi kepada teman-temannya kong Gozali
akan menunaikan ibadah haji, maka beliau mengantarkan ke-3 sahabat ini ke
gurunya di Dadap yaitu ki Marhali untuk meneruskan pelajarannya, akhirnya
merekapun belajar langsung dari ki Marhali (saat itu menurut Mpek Lie
Dji Tong pekerjaannya adalah bengkong ), terkadang mereka diajak oleh
ki Marhali ke rumah Lie Tjeng Hok sekedar bersilaturahmi, kadang juga besambut
(dalam hal ini Abdul Malik pernah menuturkan, bahwa kong Nur menceritakan
gerakan Lie Tjeng Hok walau sudah tua gesit dan lincah sekali), setelah
menamatkan pelajarannya di ki Marhali maka H. Hasbulloh dan kong Simin (kong
Simin adalah kakak kandung kong Nur)
pulang ke Petukangan, sedangkan kong Nur diajak oleh ki Marhali untuk
meneruskan pelajarannya ke Ki. Mursyalim yang juga guru dari ki Marhali, dari Ki Mursyalim inilah diperoleh beberapa jurus, setelah tamat nyantren kong Nur pun
kembali ke Petukangan, dan bersama dengan kong H. Hasbulloh dan kakaknya kong
Simin mereka mulai menyebarkan beksi di Petukangan hingga ke arah timur Jakarta
seperti Kerawang, Bekasi dan sekitarnya.
boleh kenal nama atau no hp yang terlibat dalam " tim Tangtungan Project". terima kasih
BalasHapusCasino Nights - Jammy Monkey
BalasHapusHotel, Restaurants 광주광역 출장샵 & Casino: 1 Mohegan Sun 논산 출장샵 Blvd. 익산 출장마사지 Uncasville, CT 06382. More Info. Hours, Accepts 경주 출장샵 Credit Cards, 여수 출장마사지 Take 2 Bus Tours.